TSWlTfO8TSA5GfA9GfO5TfGoGd==

Kisah kak Nurmi, tak punya rumah dan suami mengemis tapi ingin anaknya-anaknya terus sekolah


Nurmi, warga desa Blang Mane, Kecamatan Makmur, menambah daftar panjang potret kemiskinan di Kabupaten Bireuen. Nurmi yang sehari-hari tidak memiliki pekerjaan tetap kecuali buruh tani saat musim panen, tak bisa berbuat banyak untuk merubah nasib.

Perempuan berusia 46 tahun itu juga mesti bersabar karena harus tinggal menumpang di rumah abangnya karena ia sendiri tidak memiliki rumah. Meskipun terkadang ia harus menerima kata-kata yang tidak enak dari abangnya sendiri yang ternyata mengalami gangguan setelah kecelakaan.

Di rumah panggung peninggalan orang tua milik sang abang, Nurmi tinggal bersama suami dan 5 orang anaknya. Mereka semua tidur di ruang tamu karena dua kamar di rumah itu dikunci. Hal ini juga yang sering membuat Nurmi bersedih.

Dirinya kadang menangis melihat anak-anaknya tertidur layaknya pengungsi. Didalam hati, sebenarnya Nurmi ingin sekali memiliki rumah sendiri, tetapi tak ada yang bisa dilakukan karena ia juga harus memikirkan kehidupan anak-anaknya.



Empat dari lima anaknya juga telah bersekolah. Anak pertama Nurmi, Nurul Hayati (16) kini sedang menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas. Anak keduanya, Muhammad Amin  yang berumur 14 tahun juga masih kelas 1 Madrasah Tsanawiyah. Sedangkan Fazilah (12) dan Muhammad Yusuf (9) masih kelas 6 dan kelas 2 Madrasah ibtidaiyah Negeri (MIN).  Hanya si bungsu yang masih berusia 5 tahun yang belum bersekolah.


Untuk makan dan jajan sehari-hari, ia hanya bisa berharap pada suami yang hasilnya tidak seberapa. Yang lebih memilukan,  ternyata Suami Nurmi, Rasyidin Abdullah (45) mencari nafkah sebagai peminta-minta yang saban hari mengharapkan belas kasih orang di jalanan, dan tempat-tempat umum.
loading...

Nurmi bercerita, meskipun ia dan suaminya hidup kekurangan namun mereka tetap ingin anak-anak bersekolah. Untuk jajan, mereka semua dikasih Rp2.000 setiap harinya dari hasil suaminya meminta-minta.

“untuk jajan sekolah, semua saya kasih 2.000, kakak yang udah SMA juga 2.000,” cerita Nurmi

Karena jajan sekolah yang sedikit dan terkadang tidak cukup untuk beli keperluan, Muhammad Amin yang merupakan anak kedua Nurmi terkadang bekerja memanjat pinang dan bantu-bantu di kebun orang.

Yah, begitulah kegetiran hidup yang dialami Nurmi dan Rasyidin bersama 5 putra dan putrinya. Semoga kita yang masih diberikan kemudahan dan bisa hidup lebih mujur dari mereka bisa selalu bersyukur dan senantiasa menolong orang-orang yang kekurangan.  

Type above and press Enter to search.