TSWlTfO8TSA5GfA9GfO5TfGoGd==

Kisah sedih Kak Boini, Janda miskin buruh batu bata yang menghidupi anak yatim dan piatu

Tidak semua orang beruntung memiliki kehidupan yang membahagiakan dan membesarkan anak-anaknya dengan segala kecukupan. 

Kak Boini Janda miskin buruh batu bata di cot iju peusangan bireuen
Kak Boini, Janda miskin buruh batu bata asal Cot Iju Kecamatan Peusangan 

Tetapi semangat untuk terus berjuang diantara kepahitan hidup dengan harapan agar anak-anak mereka kelak menjalani kehidupan dengan layak membuat banyak orang tua bekerja keras tanpa mengeluh.

Begitu pula yang dialami oleh Boini, seorang janda miskin asal desa Cot Iju, Kecamatan Peusangan, Kebupaten Bireuen. 

Hidup di bawah garis kemiskinan tak membuat semangatnya surut untuk membiayai 2 orang anak angkatnya. 

Perempuan bernama lengkap Boini Saleh itu tampak begitu ikhlas membesarkan anak laki-laki dari adik dan almarhumah kakaknya. 

Kak Boini sendiri merupakan janda ditinggal mati, setelah beberapa tahun lalu suaminya berpulang. Ia tidak memiliki anak dari suaminya.

Menurut pengakuan Kak Boini, 2 anak lelakinya merupakan anak yatim dan piatu. Andika Putra Ariga (14), anak dari adiknya yang ayahnya sudah meninggal dan Khalid (3,5), anak dari kakaknya yang juga telah tiada. 

Andika kini sudah kelas 1 sekolah menengah pertama (SMP). Sedangkan si kecil memiliki “keistimewaan” lain, Khalid menyandang autis.

Setiap harinya Kak Boini menggendong bocah autis berusia 3 setengah tahun itu ke tempatnya bekerja. 

Sehari-hari perempuan berusia 42 tahun itu harus membanting tulang dengan menjadi buruh pembuat batu bata meski dengan upah rendah. 

Namun, tak ada upaya lain yang bisa dilakukan demi masa depan anak-anaknya.

Dalam satu hari, Kak Boini hanya bisa mendapatkan Rp.12.000 dari pekerjaannya. Ia hanya mampu menyelesaikan 200 buah batu bata perharinya karena sebagian waktunya bekerja tersita untuk menjaga Khalid yang suka berlari-larian kesana kemari.

“Paling sehari dapatnya 200 buah, karena Khalid suka lari-lari, takutnya jatuh, jadi ya beginilah. Hasilnya nggak cukup buat jajannya pun,” aku kak Boini, Sabtu (10/3/2018)

Meskipun bekerja dengan upah yang tak sebanding dengan hasil keringat dan biaya pengeluaran untuk anak-anaknya , tetapi tak ada upaya lain kecuali hanya terus bekerja demi dua orang buah hatinya tersebut.

rumah dhuafa milik kak boini

Bukan hanya pekerjaan yang tidak sebanding dengan biaya hidup, Kak Boini dan kedua putra angkatnya juga tinggal di rumah yang tidak layak huni. 

Atap rumahnya terlihat lapuk dan bocor di beberapa tempat, demikian pula tepas penyusun dinding. Kondisi rumahnya benar-benar memprihatinkan. 

Saat hujan, Kak Boini mengaku sering khawatir dengan kondisi rumahnya yang atapnya yang sudah sedemikian lapuk.

Ditanya mengenai harapannya, Kak Boini berharap agar ada pihak yang mau membantunya agar bisa memiliki rumah yang layak. Sehingga anak-anaknya tidak takut ataupun panik saat musim hujan datang.

Type above and press Enter to search.