TSWlTfO8TSA5GfA9GfO5TfGoGd==

Miris! Mantan kombatan GAM ini tinggal di rumah tak layak huni selama 8 tahun, rumahnya ditopang bambu


Jika ada yang berpikir bahwa semua mantan kombatan GAM telah hidup berkecukupan, maka itu adalah salah besar. Tidak semua mantan pejuang Gerakan Aceh Merdeka (GAM) bisa hidup secara layak dan berkecukupan.

Di Kuta Blang, Bireuen, seorang eks kombatan GAM hidup dengan begitu memilukan. Bekerja keras sebagai buruh muat batang kelapa untuk menyambung hidup dan menghidupi istri beserta anaknya.Yang lebih memilukan lagi, sang mantan pejuang tinggal di rumah yang sama sekali tidak layak dijadikan tempat tinggal.

Nasib menyedihkan itu menimpa Yusri (33) warga Gampong Paloh Raya, Kecamatan Kuta Blang, Kabupaten Bireuen, Aceh. Dia merupakan mantan GAM yang bertugas sebagai pasukan bantuan komunikasi dan seringkali menjadi pengumpul konsumsi dari warga untuk para kombatan lainnya yang tidak berani “turun” dari persembunyian.



Kondisi rumah Yusri benar-benar memprihatinkan, beratap dan berdindingkan pelepah dari pohon rumbia yang sudah lapuk. Bahkan rumah tersebut sudah miring dan hampir rubuh, hanya beberapa batang bambu yang terlihat menjadi penopang rumah agar tetap bertahan.

Di rumahnya yang sangat tidak layak huni, Yusri tinggal bersama istrinya, Juliana (26) dan seorang putranya bernama Muhammad Rizki Ananda yang masih berumur 6 tahun.

Menurut keterangan salah seorang warga Paloh Raya, Nasruddin (39), Yusri dan keluarga sudah tinggal di rumah tersebut sejak tahun 2010. Meskipun sudah ada beberapa orang yang datang dan mendokumentasikan karena layak mendapatkan perhatian, tetapi hingga kini bantuan tak kunjung tiba.

 “Mereka sudah 8 tahun tinggal disini, ada yang datang ambil data dan foto, tapi ternyata sampai sekarang belum ada bantuan”, ujar Nasruddin

Nasruddin juga menyebutkan bahwa Yusri merupakan tipikal pejuang yang ikhlas dengan semua perjuangan yang telah dilakukannya. Yusri tidak pernah mengurus bantuan apapun kepada pemerintah.



Juliana, istri dari Yusri mengaku kerap khawatir ketika tiba musim hujan dan takut rumahnya rubuh diterpa angin. Saat hujan turun deras, semua perabotan dalam rumah basah, tak terkecuali kasur dan tempat tidur mereka yang terbuat dari belahan pohon pinang. Mereka hanya bisa menunggu sampai hujan reda dan terkadang berteduh ke balai pengajian yang berada disamping rumah.

Begitulah nasib Yusri, semoga ada pihak yang mau memperhatikan dan membantu Yusri untuk bisa memiliki rumah yang lebih layak, mengingat ia juga memiliki anak yang masih kecil yang kerapkali harus dipaksa bangun tengah malam saat hujan turun deras untuk berteduh ke balai pengajian.

Type above and press Enter to search.