Kemiskinan adalah untuk dilawan, bukan untuk dinikmati. Kesuksesan bukanlah milik orang-orang miskin, tetapi juga bukan kepunyaan orang-orang kaya. Sukses adalah milik mereka yang terus berusaha dan tidak mengalah pada keadaan.
Nurul A'la |
Hal itulah yang kemudian menjadi motivasi Nurul, seorang mahasiswi di Aceh Utara untuk terus berusaha berjuang demi pendidikan dan merubah nasib.
Terlahir dari keluarga sederhana bahkan tergolong kurang mampu tidak lantas membuat semangat gadis berusia 24 tahun itu surut.
Meskipun orang tuanya memiliki keterbatasan ekonomi dan hidup pas-pasan, tetapi ia tetap bersikukuh untuk dapat melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi.
Sang ibu yang telah berpisah dengan sang ayah dan hanya bekerja sebagai buruh tani sawah juga memiliki harapan yang sama. Dengan mengandalkan upah dari hasil bekerja sebagai petani, kak Husna pun menuruti keinginan putrinya untuk menjadi sarjana.
Sambil berkuliah, gadis belia asal gampong Matang Ben, Kecamatan Tanah Luas itu terus mencari pekerjaan yang bisa dijadikan sandaran untuk bisa memenuhi kebutuhan kuliahnya.
Nurul bercerita bahwa saat kuliah ia sempat menjadi penjaga counter hp, karyawan cafe, bahkan juga sempat bekerja di sebuah pusat perbelanjaan di kota Lhokseumawe.
Tetapi kemudian ia dihadapkan pada pilihan dan harus memilih antara tetap bekerja atau kuliah, akhirnya Nurul memilih untuk keluar dari pekerjaan dan tetap melanjutkan kuliahnya.
"dulu kerja di counter HP dan juga malam kerja di cafe. Buat jajan kuliah, beli kebutuhan, buat bantu mamak juga. Tapi karena lama-lama mengganggu waktu buat kuliah,ya keluar. Nggak kerja lagi." kisah Nurul
Setelah tak lagi bekerja, Nurul dan keluarga mengandalkan hasil dari membuat keripik yang dijual ke warung-warung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
Sekarang, gadis bernama lengkap Nurul A'la tersebut sudah menyelesaikan kuliahnya. Tetapi karena terkendala biaya, Nurul memilih untuk menunda wisuda. Padahal seharusnya ia telah menjalani wisuda setahun yang lalu.
Nurul juga tidak terlalu memaksakan diri untuk mendaftar wisuda karena untuk biaya sehari-hari terkadang tak tercukupi. Nurul beserta ibu, kakak dan keponakannya bahkan tinggal di rumah yang sudah reot.
Saat hujan dan angin kencang, seluruh isi rumah harus mengungsi ke tempat tetangga karena khawatir rumah tersebut akan rubuh.
“Kalo hujan dan angin, rumah jadi berguncang. Jadi takut, kadang sampek mengungsi sebentar ke rumah tetangga.” Cerita Kak Husna, ibunya Nurul
Ditanyai mengenai harapannya, Kak Husna dan Nurul menyebutkan kalau ia ingin sekali memiliki rumah yang layak huni sehingga tidak perlu berteduh ke tempat tetangga saat hujan. Sebetulnya mereka juga ingin mengurus, tapi tidak tau siapa yang bisa membantu karena mereka tidak memiliki anak laki-laki di rumah.
“nggak ada anak lelaki di rumah, jadi nggak ada yang bisa mengurus,” tukas Nurul
Mengenai wisudanya, Nurul mengatakan akan menunggu dulu sampai cukup uangnya dari hasil jualan keripik. Ibu Nurulpun juga berjanji akan menutupi kekurangan dan tambahan untuk wisuda dari hasil upahnya bekerja di sawah.